RSS

Cintaku melebihi cinta pada Sang Pencipta

17 Agu

Matahari, sang surya masih mengintip malu di balik sang ufuk timur. Ia melihat apakah ada orang yang telah mulai aktivitasnya sebelum dirinya muncul. Ah, ternyata masih sepi, batin sang surya lega. Tunggu dulu, itu ada sekelompok orang di sana yang sudah menyiapkan dagangannya di pasar. Aku tidak mau kalah, aku harus segera menampakkan diri. Perlahan-lahan sang surya menampakkan dirinya. Para ayam yang sedang tertidur lelap tiba-tiba saja bangun setelah merasakan kehadiran sang surya. Kkuuuukkkuuuruuuuyyyuuuukkkkkk, teriak sang ayam untuk membangunkan majikannya. Ia tidak mau majikannya melewati datangnya sang surya. Lampu-lampu di setiap rumah segera dimatikan dan digantikan terangnya sang matahari. Semua orang mulai menjalankan aktivitasnya di pagi hari, tapi hal ini tidak berlaku untuk seorang gadis di desa itu.

Gadis itu masih bersembunyi di balik selimutnya. Ia masih menutupi telinganya dengan bantal agar kokokan suara ayam itu teredam. Jam sudah menunjukan pukul 6 pagi waktu indonesia barat, ia masih tetap saja meringkuk di balik selimut. Sang ibu yang sudah habis kesabarannya akhirnya menarik selimut dan bantalnya, lagi-lagi ia masih tidur pulas. Tak habis akal sang ibu berteriak memanggil adiknya.

“AZAMMMM, BAWAKAN AIR DI GAYUNG!” teriak ibu memecah keheningan di pagi hari.

Azam, sang adik membawa air yang diletakkan dalam gayung. Ibu segera mengmabilnya dari tangan Azam dan menciprat-cipratkan air tersebut ke muka gadis itu layaknya seorang dukun yang sedang mengobati pasiennya. Gadis itu akhirnya terusik dan bangun sambil marah-marah.

“Ibu, kenapa sih nggak bisa bangunin dengan cara halus?” protes sang gadis.

Ibu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala dan menunjuk ke arah jarum jam. Sang gadis melihat apa yang ditunjuk ibunya, dan…

“AARRRGGGGGHHHHHH, KESIANGAN!!!!!” Gadis itu langsung mengambil handuknya dan pergi ke kamar mandi. Mandi dapat ia selesaikan dalam waktu 5 menit saja. Ia langsung bergegas berpakaian dan dandan yang cantik. Berpenampilan cantik adalah hal yang hukumnya wajib bagi gadis itu setiap berangkat sekolah. Kenapa? Tentu saja untuk menarik perhatian gebetannya.

Gadis itu siap berangkat ke sekolah. Ia berpamitan dengan ibu dan bapak tergesa-gesa. Perjalanan untuk mencapai sekolahnya harus menggunakan ojek dan dua kali naek angkot. Perjalanan yang cukup jauh.
Aku lupa memperkenalkan gadis itu. Gadis itu namanya Dias. Ia bersekolah di Sekolah Menengah Atas favorit di kotanya. Ia gadis yang cukup pintar, lugu, polos dan jujur. Terkadang memang seperti terlihat bodoh karena keluguannya. Ia sekarang duduk di kelas tiga yang artinya sebentar lagi akan mennghadapi ujian nasional.

Sesampainya di sekolah, ia langsung mencari seseorang. Nah, ketemu. Itu dia sedang duduk mengerjakan PR di bangku deretan lima paling pojok. Dias segera berjalan mendekati bangku itu, tapi ia memilih duduk di depan orang itu. Orang itu melihat kedatangan Dias dan tersenyum ramah. Dias menganggap itu adalah senyuman pagi hari untuknya, tapi bagi orang itu senyum itu mengartikan pinjam pr mu donk yas.

“Yas, PR kimia udah selesai belum?” tanya orang itu. “Ada beberapa nomer yang aku nggak bisa mengerjakannya.”
“Nih, aku dah selesai semuanya.” Dias menyerahkan bukunya dengan sukarela. Ia akan melakukan apa saja untuk orang yang ia cintai.

Orang yang dicintai oleh Dias adalah sang wakil ketua kelas yang juga menjalankan tugas ketua kelas. Ketua kelas di kelas Dias hanya sebuah simbol saja. Sang wakil ketua kelas bernama Tedi. Dias tidak pernah merasakan perasaan menciantai seseorang begitu mendalam seperti ini. Dias mulai jatuh cinta saat kelasnya menjadi pasukan upacara. Saat mereka berlatih, Tedi yang bertugas melatih pengibar bendera terlihat begitu keren dan tampan. Sebelumnya Dias tidak menyadari dan menganggap Tedi biasa-biasa saja karena sejak kelas satu sampai kelas dua, kelas mereka bersebelahan.

Dias selalu memperhatikan Tedi. Ia tahu Tedi jarang sekali jajan waktu istirahat. Pendekatan yang dilakukan Dias adalah membawa bekal setiap hari agar ia bisa berbagi dengan Tedi, dan benar saja Tedi suka menghampiri Dias untuk meminta bekal Dias. Tedi juga suka meminjam PR Dias. Pendekatan kedua, Dias selalu berusaha duduk di depan dirinya, karena kalau duduk di belakang rasanya papan tulis tidak akan terlihat lagi karena postur Tedi yang begitu tinggi dan postur Dias yang begitu pendek.

Dias merasa perasaan cintanya bersambut karena Tedi terkadang memberi perhatian-perhatian kecil pada dirinya yang membuat dirinya senang setengah mati. Di tambah lagi teman sebangku dias memanas-manasi kalau Tedi juka sama Dias karena saat pelajaran Tedi sering melihat ke arah Dias. Teman sebangku Dias bisa dibilang adalah racun yang mengakibatkan hilangnya kesadaran dan kemampuan analisa otak. Akhirnya Dias memutuskan utnuk menyatakan perasaannya selama ini yang ia pendam setelah berakhirnya ujian nasional.

Waktu yang telah dinantikan pun tiba, ujian akhir nasional telah usai. Siswa kelas tiga libur sampai pengumuman kelulusan. Dias gelisah tak menentu, akhirnya ia mengetik sebuah sms di tengah malam. Ia memilih tengah malam karena tidak mau mendapatkan jawaban langsung dari Tedi.

To : Tedi
Maaf ganggu mlm2, aq cm mw blg klo aq slama ini suka sama km. Aq cm ingin menyampaikan prasaan aq aja.
——————————————Sending————————————————————

Dias sangat gugup sekali. Tak disangkanya, hpnya langsung bergetar menerima balasan dari Tedi. Dias semakin panik. Kenapa secepat ini, batin Dias. Tangannya mulai gemetar saat mebuka hpnya. Dibukanya sms dari Tedi.

To : Dias
Trm ksh atas prasaanmu. Aku ga nyangka aja, tapi rasa sayang Dias ke Tedi dan rasa sayang Tedi ke Dias sebaiknya tidal lebih dari sekedar teman saja.

DEG, membaca balasan sms itu rasanya sakit sekali. Tak terasa air mata di pipi Dias mengalir. Dugaan Dias selama ini tentang prasangkanya salah sama sekali. Tedi menolak Dias. Tedi tidak punya perasaan apa-apa pada Dias. Pahit memang tapi itulah kenyataannya. Dias tidak tidur semalaman saat itu, padahal pagipagi dia ada kursus tambahan untuk persiapan SPMB.

“Mata lo kok sembab?” tanya Nita pada Dias saat di tempat kursus.
“Gw nggak tidur semalaman.”
“Kok bisa?”
“Gw habis menyatakan perasaan gw ke Tedi.” Jelas Dias.
“Serius lo yas? Beneran lo lakuin itu?”
“Lah kan lo yang nyuruh nit!” tuntut Dias.
“Gw kan Cuma becanda Yas”

Dias mendengar penjelasan dari Nita rasanya ingin melemparnya dari lantai enam. Nasi sudah jadi bubur. Hikmahnya Dias tidak penasaran lagi akan perasaan Tedi. Akhirnya setiap bertemu dengan Tedi, Dias merasa malu sekali. Dias gemetaran dan ingin kabur rasanya, apalagi saat Tedi menyalami Dias atas kelulusannya. Dias merasa canggung di hadapan Tedi. Tedi dan Dias memilih jalan yang berbeda. Mereka memilih universitas dan jurusan yang berbeda. Meskipun berbeda sepertinya perasaan Dias tidak pernah berubah.

Saat kuliah Dias masih berkomunikasi dengan Tedi. Ia juga mencoba menyatakan perasaannya lagi, tapi hasilnya tetap sama penolakan. Hebatnya Tedi, ia tidak pernah menjauhi Dias. Ia bersikap seolah-olah Dias tidak pernah melakukan hal bodoh itu. Sampai suatu saat di ulang tahun Tedi, Dias berencana untuk memberikan sebuah baju padanya, tapi lagi-lagi Dias mendengar sesuatu menyakitkan. Teman Dias memberitahu kalau Tedi sebenarnya sudah punya pacar. Pacarnya menembak Tedi duluan, tapi ditolak oleh Tedi. Pacarnya menembak lagi untuk kedua kalinya, akhirnya diterima oleh Tedi. Itulah yang membuat Dias tidak ikhlas menerima semua ini.

Hubungan Tedi dan pacarnya berlangsung cukup lama sekitar empat tahun. Selama itu lah Dias tidak pernah ikhlas akan hubungan Tedi, walau ia tahu ia tidak berhak seperti ini. Dias pun mencoba membuka hatinya untuk orang lain, tetapi selalu gagal. Ia tidak pernah mencintai pacar-pacarnya setulus hati atau terkadang malah Dias yang selalu dipermainkan oleh pacarnya. Akhirnya Dias memutuskan untuk tidak berpacaran lagi, tetapi di dalam hatinya ia masih mengharapkan Tedi. Nama tedi lah yang selalu terucap dalam hatinya.

Awal tahun 2011, Dias mendengar putusnya hubungan Tedi dan pacarnya. Hal ini diketahui dari sebuah situs jaring sosial. Dias pun memberanikan diri untuk bertanya pada Tedi. Tedi pun mengiyakan. Dias senang sekali, ia tidak bisa memungkiri kalau ia senang di atas penderitaan orang lain. Dias berpikir bahwa dia punya kesempatan untuk mendapatkan hatinya Tedi. Kesenangan itu hanya sementara, lagi-lagi ia mendapatkan kenyataan yang pahit dari orang yang di cintainya. Beberapa kali ia sudah dikecewakan oleh orang yang dicintainya.

Tedi menyukai orang lain. Dias mengatahuinya lagi-lagi dari situs jejaring sosial. Ia yakin hal itu dan mengetahui wanita yang disukai Tedi. Dias menangis tersedu-sedu sampai sesengukan. Menyakitkan sekali melihat orang yang dicintainya mencintai orang lain. Dias sering mempertanyakan apakah tak ada sedikit ruang di hati Tedi untuknya. Perih rasanya.

Suatu hari Dias mendengarkan sebuah ceramah dan dalam ceramah itu dikatakan bahwa jika kita mencintai seseorang lebih dari kita mencintai Allah, maka kita telah melakukan suatu kemusyrikan. Tersentak hati Dias. Selama ini Dias lebih mencintai Tedi dibanding Allah. Dias segera mengambil wudhu dan mengerjakan solat yang ia tunda. Dalam sujudnya ia menangis meminta ampun pada Sang Maha Kuasa atas perbuatannya yang telah mencintai ciptaan-Nya melebihi Sang pencipta. Ia telah salah menilai arti cinta itu sendiri. Sejak saat itu yang ada dalam doanya adalah agar ia diberikan suami yang ia cintai karena rasa cintanya pada Allah, walaupun tidak bisa dipungkiri perasaannya ke Tedi masih punya tempat tersendiri di hatinya. Sekarang sudah lima tahun ia mencintai Tedi tanpa ada sambutan, tapi tak ia biarkan perasaan itu melebihi rasa cintanya pada Sang Pencipta yaitu Allah.

 
1 Komentar

Ditulis oleh pada Agustus 17, 2011 inci Uncategorized

 

1 responses to “Cintaku melebihi cinta pada Sang Pencipta

  1. nira

    Oktober 10, 2012 at 6:48 am

    ceritanya mirip banget ama kisah lalu aq. jd keingatan masa lalu. tp sekarang klo diingat2 jd ketawa sendiri…yup…moga sukses dgn mimpi2nya…

    Suka

     

Tinggalkan komentar